Senin, 17 September 2012
Minggu, 16 September 2012
resensi buku sejarah pendidikan nasional indonesia
BAB I
Pendahuluan :
A. Judul : SEJARAH NASIONAL INDONESIA.
B. Penulis : Bagas prama
ananta,dkk.
C. Pengantar : Menurut hasil penulis agar penampilan buku
“Sejarah Nasional Indonesia”SMP lebih menarik,maka pada edisi ketiga,penulis
telah memperbaiki kulit buku tanpa mengubah isinya. Semoga penerbitan dan
perbaikan buku ini lebih menarik minat baca para siswa.
D. Penerbit : PT.INTAN PARIWARA.
E. Tahun terbit : Tahun 1989.
F. Tebal buku : 72 halaman.
BAB II
Isi resensi buku :
A.Tujuan pengarang buku atau karya
yang berjudul “Sejarah Nasional Indonesia” adalah untuk membekali anak didik
pengetahuan,kecerdasan,dan semangat hidup berbangsa dan bernegara agar
terbentuk warga negara yang cerdas,kreatif,terampil dan berpribadi pancasila.
B.Tujuan penulisan resensi buku yang
berjudul “Sejarah Nasional Indonesia” adalah untuk memenuhi materi pada
semester ganjil serta untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Sejarah
Nasional Indonesia dan lebih mengenal jati diri sebagai bangsa Indonesia.
C. Keunggulan buku atau karya yang
berjudul “Sejarah Nasional Indonesia” adalah :
1.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini memiliki kualitas kertas yang bagus buktinya buku ini
yang terbit tahun 1989 sampai sekarang (2011) warna kertasnya tidak terlalu
kuning seperti pada buku biasanya yang tidak memiliki kualitas kertas yang
bagus sehingga baru beberapa tahun warna kertasnya sudah terlalu kuning bahkan
sudah coklat.
2.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini mudah dipahami atau dimengerti oleh para pembaca atau
siswa yang membacanya dikarenakan penulisan kata atau kalimat yang tidak
terlalu baku dan mudah dimengerti serta gambar yang diberikan dapat diterima
secara logis dan mudah dibayangkan.
3.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini dapat memberikan pengetahuan tentang sejarah dimasa
lampau sebelum terbentuknya kehidupan yang lebih tertanan.
D. Kelemahan buku atau karya yang
berjudul “Sejarah Nasional Indonesia” adalah:
1.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini memiliki kekurangan berupa kertas yang kurang tebal hal
ini dapat membuat buku mudah sobek atau koyak.
2.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini memiliki kekurangan yaitu kulit buku yang kurang bagus
serta warna yang kurang kontras hal ini dapat membuat minat baca siswa atau
pembaca menjadi berkurang.
E. Ikhtisar isi buku yang berjudul
“Sejarah Nasional Indonesia” adalah
PELAJARAN I
Berdasarkan tingkat kecerdasan
otaknya ,berbagai jenis kera dimasukkan dalam satu golongan dengan manusia,disebut
dengan golongan primat. Manusia merupakan makhluk tersempurna di antara
golongan primat. Manusia purba Indonesia berasal dari daratan Asia. Dalam
penggalian fosil manusia purba dan artefak,yaitu alat-alat yang dipergunakan
oleh manusia purba. Berdasarkan fosil dan artefak yang ditemukan kita dapat
mengetahui cara hidup dan kehidupan manusia purba. Tanah air kita terkenal
karena penyelidikan atas manusia purba. Di Indonesia ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus, Meganthropus
Palaeojavanicus, Homo Soloensis, dan
Homo Wajakensis. Manusia purba Indonesia sangat tergantung pada alam.
Mereka hidup berpindah-pindah,selalu mencari tempat yang banyak persediaan
makanan. Untuk mempermudah hidupnya manusia purba Indonesia membuat alat
batu,alat tulang,dan alat tanduk. Masa prasejarah indonesia berlangsung sejak
adanya manusia Indonesia pertama sampai sekitar abad ke-V,saat munculnya
prasasti kerajaan Kutai.
PELAJARAN
II
Berakhirnya masa prasejarah
bagi bangsa-bangsa berbeda-beda. Berdasarkan mata pencaharian pokok
masyarakat,kebudayaan dibedakan menjadi kebudayaan sungai dan kebudayaan laut.
Bangsa Mesir kuno pendukung kebudayaan sungai,hidup di lembah Sungai Nil.
Bangsa ini memasuki sejarah sejak 3500 tahun sebelum Masehi. Mereka memilik
huruf hieroglyph. Mereka memiliki
lembaga pendidikan. Peninggalan terkenal ialah piramid. Di Indonesia terdapat
kebudayaan laut dan kjkebudayaan sungai. Pendukung kebudayaan laut adalah
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Pendukung kebudayaan sungai adalah
Kerajaan Mataram,Kerajaan surakarta,dan Kerajaan Yogyakarta yang berada di
lembah Sungai Progo dan lembah Sungai Solo.
PELAJARAN
III
Sebelum kedatangan orang India
nenek moyang kita telah memiliki kebudayaan tinggi. Mereka memiliki organisasi
desa dan pemerintahan desa. Mereka giat bergaul dengan orang India untuk
mengambil unsur budaya India yang mereka perlukan,antara lain sistem
pemerintahan raja dan tulisan. Nenek moyang kita memadukan unsur budaya hindu dengan
budaya miliknya. Kerajaan tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai yang
berdiri sekitar tahun 400 dengan rajanya Mulawarman,beragama Hindu. Pada abad
ke VII Jawa Tengah terdapat Kerajaan Holing. Ratu Sima memerintah secara
adil,keras menjalankan hukum. Agama Budha berkembang di Holing. Letak Indonesia
yang strategis menyebabkan Indonesia menjadi pusat pertemuan
perdagangan/pelayaran bangsa-bangsa dari Asia Barat dan Asia Timur. Pertemuan
orang Indonesia dengan pedagang asing,terutama dengan pedagang India
menyebabkan kedua kebudayaan bangsa saling mempengaruhi. Agama Hindu memiliki
kitab suci Weda,sedangkan agama Budha memiliki kitab suci Tripitaka. Ken arok
mendirikan Kerajaan Singhasari dan membentuk dinasti Rajasa. Raja terbesar
kerajaan Singhasari adalah Kartanagara yang mencetuskan gagasan persatuan
Nusantara. Raden wijaya,menantu Raja Kartanagara berhasil merebut kembali tahta
Singhasari dari tangan Jayakatwang dan mendirikan kerajaan baru Majapahit.
BAB III
Penutup :
A. Nilai buku yang berjudul “Sejarah
Nasional Indonesia” adalah :
1.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini memiliki kualitas kertas yang bagus buktinya buku ini
yang terbit tahun 1989 sampai sekarang (2011) warna kertasnya tidak terlalu
kuning seperti pada buku biasanya yang tidak memiliki kualitas kertas yang
bagus sehingga baru beberapa tahun warna kertasnya sudah terlalu kuning bahkan
sudah coklat.
2.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini mudah dipahami atau dimengerti oleh para pembaca atau
siswa yang membacanya dikarenakan penulisan kata atau kalimat yang tidak
terlalu baku dan mudah dimengerti serta gambar yang diberikan dapat diterima
secara logis dan mudah dibayangkan.
3.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini dapat memberikan pengetahuan tentang sejarah dimasa
lampau sebelum terbentuknya kehidupan yang lebih tertanan.
4.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini memiliki kekurangan berupa kertas yang kurang tebal hal
ini dapat membuat buku mudah sobek atau koyak dan sebaiknya kertas buku ini
lebih ditebalkan lagi agar buku tahan lama.
5.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini memiliki kekurangan yaitu kulit buku yang kurang bagus
serta warna yang kurang kontras hal ini dapat membuat minat baca siswa atau
pembaca menjadi berkurang dan sebaiknya kulit buku ini sering diperbaharui dari
waktu ke waktu agar minat baca siswa menjadi lebih bertambah dengan melihat
perubahan setiap waktu ke waktu.
6.Menurut saya sebagai penulis
resensi buku,buku ini layak dibaca dan dimiliki oleh kalangan siapa saja
dikarenakan buku ini mudah dipahami atau dimengerti oleh para pembaca atau
siswa yang membacanya dikarenakan penulisan kata atau kalimat yang tidak
terlalu baku dan mudah dimengerti serta gambar yang diberikan dapat diterima
secara logis dan mudah dibayangkan serta buku ini dapat memberikan pengetahuan
tentang sejarah dimasa lampau sebelum terbentuknya kehidupan yang lebih
tertanan.
Jawa Pos, Minggu, 18 Desember 2011
Oleh Benni Setiawan*
"Melalui kisah-kisah yang termuat dalam buku ini, kita masih boleh yakin bahwa masa depan republik ini masih cerah."
Pendidikan Nusantara bukan hanya yang berada di Jawa. Pendidikan Nusantara adalah proses belajar mengajar yang tersaji dari Sabang hingga Merauke. Di pelosok daerah itulah kita akan menemukan potret nyata pendidikan di bumi pertiwi.
Ya, potret tersebut disajikan secara apik, menawan, penuh suka cita, kesedihan, dan kegembiraan oleh pengajar muda. Pengajar muda adalah mereka yang telah disaring melalui proses ketat oleh Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar pimpinan Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina, Jakarta).
Dari 1.383 pendaftar hanya diambil 51 orang. Mereka merupakan manusia pilihan, orang yang pantang menyerah, mempunyai jiwa kepemimpinan dan kecintaan yang mendalam terhadap Nusantara. Utamanya dalam masalah pendidikan di tanah air.
Satu Tahun Penuh Makna
Mereka berani meninggalkan kenyamanan di kota dengan berbagai fasilitas yang mendukung. Mereka pun dengan kerelaan hati meninggalkan pekerjaan mapan di kota dengan berbagai fasilitas yang mendukung. Mereka terpanggil untuk mendidik anak bangsa maju dan mendapatkan pendidikan yang memadai.
Selama setahun pengajar muda mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan rakyat di daerah terpencil. Pergulatan mendidik selama setahun inilah yang kemudian mewujud menjadi sebuah buku Indonesia Mengajar.
Selama setahun itu deretan kisah para pengajar muda seakan tak berujung. Setiap hari ada yang baru. Setiap persaudaraan adalah kebaruan penuh nuansa ikhlas. Tiap interaksi akan berhilir pada sebuah kisah. Ada terlalu banyak kisah mereka; kisah yang akan selalu menempel dalam kenangan para pengajar muda.
Di buku ini, sebagian dari kisah, pengalaman, pengamatan pengajar muda dituliskan. Kisah-kisah yang mereka tuliskan melalui blog di situs web Indonesia Mengajar itulah yang dipilah dan dipublikasikan dalam buku ini. Kisah-kisah yang membuat kita semakin yakin, semakin optimistis bahwa masa depan Republik ini memang cerah untuk semua.
Dari kisah-kisah ini terlihat bahwa satu tahun mereka berada di tengah-tengah rakyat di pelosok negeri, di tengah anak-anak bangsa yang kelak akan meneruskan sejarah Republik ini, adalah satu tahun penuh makna. Satu tahun berada bersama anak-anak di dekat keindaha alam, dan di lembah-lembah hijau yang membenyang sepanjang khatulistiwa.
Di desa-desa terpencil itu para pengajar muda menorehkan jejak, menitipkan pahala, bagi para siswa SD di sana, alas kaki bisa jadi tidak ada, baju bisa jadi kumal dan ala kadarnya tetapi mata mereka bisa berbinar karena kehadiran guru muda penuh dedikasi. Pengajar muda hadir memberikan harapan. Pengajar muda hadir mendekatkan jarak mereka dengan pusat kemajuan, hadir membuat anak-anak SD di pelosok negeri memiliki mimpi dan hadir membuat para orangtua di desa-desa terpencil ingin memiliki anak yang terdidik seperti para Pengajar muda.
Ya, bisa jadi ketertinggalan adalah baju rakyat di pelosok sekarang, tetapi hadirnya Pengajar muda merangsang mereka untuk punya cita-cita, punya mimpi. Mimpi adalah energi mereka untuk meraih baju baru di masa depan. kemajuan dan kemandirian adalah baju anak-anak di masa depan. Pengajar muda hadir di sana, di desa mereka, untuk turut membukakan pintu menuju masa depan yang jauh lebih baik.
“Malu”, “Mau”, “Maju”
Seperti cerita yang ditulis oleh Sekar Arrum Nuswantara, pengajar muda di Majene. Ia menuliskan cerita tentang semangat peserta didiknya bernama Satriana. Satriana merupakan peserta didik yang ia pilih untuk menemani bertemu dengan wakil Presiden RI Boediono saat kunjung ke Majene.
Satriana dipilih karena ia berhasil menuliskan sebuah surat yang cukup menyentuh hati. “Pak, saya ucapkan selamat kepada Bapak karena Bapak telah berhasil menjadi wakil presiden. Waktu kecil Bapak pasti bercita-cita menjadi wakil presiden, dan sekarang sudah terwujud. Saya juga bercita-cita jadi dokter, Pak. Doakan agar saya bisa jadi dokter, ya, Pak”. Surat Satriana pun diterima secara langsung oleh wakil Presiden. Dan Satriana pun mendapat doa dari wakil Presiden, “Kamu akan menjadi orang besar, Nak” (hlm. 110).
Kisah inspiratif juga hadir dari Nanda Yunika Wulandari, Pengajar muda di Bengkalis. Ia berhasil membesarkan hati peserta didiknya untuk maju. Saat peserta didiknya merasa bahwa ketika kalah dalam lomba, maka Ibu Guru akan merasa malu.
Dengan kegigihannya, ia berhasil menghilangkan satu huruf “L” dari kata “malu” menjadi “mau”. Setalah “mau” maka ia menambahkan huruf “J” menjadi “maju”. Berkat semangat dan optimism, anak-anak di Bengkalis mampu mengikuti olimpiade dan lomba-lomba lainnya. Mereka pun mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu juara.
Buku ini seakan menunjukkan secara gamblang wajah pendidikan di negeri ini. Pendidikan yang masih compang-camping. Pendidikan di pelosok negeri yang tidak terurus. Namun, semangat anak-anak di pelosok negeri yang besar dan membara membuktikan bahwa mereka masih mempunyai semangat untuk maju dan mampu turut serta dalam membangun masa depan bangsa Indonesia.
Wajah Pendidikan Nusantara
(Resensi Buku "Indonesia Mengajar: Kisah Para Pengajar Muda di Pelosok Negeri")Jawa Pos, Minggu, 18 Desember 2011
Oleh Benni Setiawan*
"Melalui kisah-kisah yang termuat dalam buku ini, kita masih boleh yakin bahwa masa depan republik ini masih cerah."
Pendidikan Nusantara bukan hanya yang berada di Jawa. Pendidikan Nusantara adalah proses belajar mengajar yang tersaji dari Sabang hingga Merauke. Di pelosok daerah itulah kita akan menemukan potret nyata pendidikan di bumi pertiwi.
Ya, potret tersebut disajikan secara apik, menawan, penuh suka cita, kesedihan, dan kegembiraan oleh pengajar muda. Pengajar muda adalah mereka yang telah disaring melalui proses ketat oleh Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar pimpinan Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina, Jakarta).
Dari 1.383 pendaftar hanya diambil 51 orang. Mereka merupakan manusia pilihan, orang yang pantang menyerah, mempunyai jiwa kepemimpinan dan kecintaan yang mendalam terhadap Nusantara. Utamanya dalam masalah pendidikan di tanah air.
Satu Tahun Penuh Makna
Mereka berani meninggalkan kenyamanan di kota dengan berbagai fasilitas yang mendukung. Mereka pun dengan kerelaan hati meninggalkan pekerjaan mapan di kota dengan berbagai fasilitas yang mendukung. Mereka terpanggil untuk mendidik anak bangsa maju dan mendapatkan pendidikan yang memadai.
Selama setahun pengajar muda mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan rakyat di daerah terpencil. Pergulatan mendidik selama setahun inilah yang kemudian mewujud menjadi sebuah buku Indonesia Mengajar.
Selama setahun itu deretan kisah para pengajar muda seakan tak berujung. Setiap hari ada yang baru. Setiap persaudaraan adalah kebaruan penuh nuansa ikhlas. Tiap interaksi akan berhilir pada sebuah kisah. Ada terlalu banyak kisah mereka; kisah yang akan selalu menempel dalam kenangan para pengajar muda.
Di buku ini, sebagian dari kisah, pengalaman, pengamatan pengajar muda dituliskan. Kisah-kisah yang mereka tuliskan melalui blog di situs web Indonesia Mengajar itulah yang dipilah dan dipublikasikan dalam buku ini. Kisah-kisah yang membuat kita semakin yakin, semakin optimistis bahwa masa depan Republik ini memang cerah untuk semua.
Dari kisah-kisah ini terlihat bahwa satu tahun mereka berada di tengah-tengah rakyat di pelosok negeri, di tengah anak-anak bangsa yang kelak akan meneruskan sejarah Republik ini, adalah satu tahun penuh makna. Satu tahun berada bersama anak-anak di dekat keindaha alam, dan di lembah-lembah hijau yang membenyang sepanjang khatulistiwa.
Di desa-desa terpencil itu para pengajar muda menorehkan jejak, menitipkan pahala, bagi para siswa SD di sana, alas kaki bisa jadi tidak ada, baju bisa jadi kumal dan ala kadarnya tetapi mata mereka bisa berbinar karena kehadiran guru muda penuh dedikasi. Pengajar muda hadir memberikan harapan. Pengajar muda hadir mendekatkan jarak mereka dengan pusat kemajuan, hadir membuat anak-anak SD di pelosok negeri memiliki mimpi dan hadir membuat para orangtua di desa-desa terpencil ingin memiliki anak yang terdidik seperti para Pengajar muda.
Ya, bisa jadi ketertinggalan adalah baju rakyat di pelosok sekarang, tetapi hadirnya Pengajar muda merangsang mereka untuk punya cita-cita, punya mimpi. Mimpi adalah energi mereka untuk meraih baju baru di masa depan. kemajuan dan kemandirian adalah baju anak-anak di masa depan. Pengajar muda hadir di sana, di desa mereka, untuk turut membukakan pintu menuju masa depan yang jauh lebih baik.
“Malu”, “Mau”, “Maju”
Seperti cerita yang ditulis oleh Sekar Arrum Nuswantara, pengajar muda di Majene. Ia menuliskan cerita tentang semangat peserta didiknya bernama Satriana. Satriana merupakan peserta didik yang ia pilih untuk menemani bertemu dengan wakil Presiden RI Boediono saat kunjung ke Majene.
Satriana dipilih karena ia berhasil menuliskan sebuah surat yang cukup menyentuh hati. “Pak, saya ucapkan selamat kepada Bapak karena Bapak telah berhasil menjadi wakil presiden. Waktu kecil Bapak pasti bercita-cita menjadi wakil presiden, dan sekarang sudah terwujud. Saya juga bercita-cita jadi dokter, Pak. Doakan agar saya bisa jadi dokter, ya, Pak”. Surat Satriana pun diterima secara langsung oleh wakil Presiden. Dan Satriana pun mendapat doa dari wakil Presiden, “Kamu akan menjadi orang besar, Nak” (hlm. 110).
Kisah inspiratif juga hadir dari Nanda Yunika Wulandari, Pengajar muda di Bengkalis. Ia berhasil membesarkan hati peserta didiknya untuk maju. Saat peserta didiknya merasa bahwa ketika kalah dalam lomba, maka Ibu Guru akan merasa malu.
Dengan kegigihannya, ia berhasil menghilangkan satu huruf “L” dari kata “malu” menjadi “mau”. Setalah “mau” maka ia menambahkan huruf “J” menjadi “maju”. Berkat semangat dan optimism, anak-anak di Bengkalis mampu mengikuti olimpiade dan lomba-lomba lainnya. Mereka pun mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu juara.
Buku ini seakan menunjukkan secara gamblang wajah pendidikan di negeri ini. Pendidikan yang masih compang-camping. Pendidikan di pelosok negeri yang tidak terurus. Namun, semangat anak-anak di pelosok negeri yang besar dan membara membuktikan bahwa mereka masih mempunyai semangat untuk maju dan mampu turut serta dalam membangun masa depan bangsa Indonesia.
tutorial membuat logo 67 kemerdekaan RI
Langkah-Langkah membuat logo 67 Tahun
Indonesia :
1. Membuat
angka 6
·
Membuat bulatan dengan ellips tool
·
Membuat persegi panjang dengan
rectangle tool
·
Taruh persegi panjang disisi kiri atas
lingkaran menyerupai angka 6 dan atur posisi persegi panjang tersebut hingga
menyerupai ujunga angka 6
·
Di blok menggunakan pick tool
·
Klik weld
2. Mewarnai
angka 6
·
Langsung di berikan warna merah
·
Membuat lingkaran kecil di tengah angka
6
·
Warnai putih lingkaran tersebut
·
Blok dengan pick tool lalu di trim
·
Keluarkan lingkaran putih, lalu buat
lagi lingkaran lebih besar dari lingkaran putih
·
Di geser kembali ke tengah
·
Di warnai warna putih menggunakan
outlime tool
·
Di atur ketebalannya (hairline)
·
Membuat garis menggunakan pen tool
·
Warnai putih dan atur ketebalannya
3. Membuat
angka 7
·
Membuat angka persegi panjang dua buah,
satu kearah horizontal dan satu kearah vertical
·
Di atur kemiringannya sesuaikan supaya
menyerupai angka 7
·
Blok menggunakan pick tool
·
Klik weld
4. Mewarnai
angka 7
·
Warnai merah angka 7
·
Membuat garis menggunakan pen tool
·
Warnai putih dengan outline tool
·
Atur ketebalannya (hairline)
5. Membuat
bendera
·
Membuat persegi panjang
·
Klik convert to curve
·
Pilih shape tool
·
Klik di 1/3 persegi panjang hingga ada
titik
·
Klik convert line to curve
·
Setelah ada dua titik , titik yang
sebelah kanan di atur ke bawah dan yang sebelah kiri ke atas (begitu pula pada
sisi persegi panjang bagian bawah)
·
Pada bagian sisi kanan persegi di klik,
lalu pilih make node smooth dan atur sedikit ke kiri
·
Copy paste hingga 2x
·
Warnai dengan merah dan putih
·
Di dempetkan
·
Di blok dengan pick tool
·
Di copy hingga 2x
·
Di atur sesuai posisi yang di inginkan
6. Membuat
tulisan kemerdekaan RI
·
Buat lingkaran di luar kertas
·
Buat tulisan dengan text tool “fit text
to path”
·
Di text placement pilih yang hurufnya
terbalik di bagian bawah
·
Lalu klik place on other side
·
Klik pada lingkaran lalu delete
·
Pindahkan tulisan tersebut di posisi
bawah 67
·
Atur warna dan fontSelesai.
Langganan:
Postingan (Atom)